Berita Terbaru

Piko si Katak Kurap

CERPEN KITA (26/11/2015) - "Tidurlah anakku, tidurlah sibuah hati. Pejamkan matamu, ibu selalu menemanimu". Demikianlah ibu Piko bila menidurkan anaknya. "Kasihan Piko, tidak ada yang mau bermain denganya," kata ibu Piko sambil berlalu.

"Nah, . . . ini kesempatanku. Ibu pasti tahu," Kata Piko.
"Hari ini cerah sekali . . ."
"Wah di sana ada kemaraian. Pasti aku akan dapat banyak teman," kata Piko kegirangan.
"Hei teman-teman, boleh kah aku ikut bermain? tanya Piko.
"Lihat, di Kurap datang!" seru Kata Hijau. Serentak seluruh anak katak melompat pergi.
"Mengapa mereka pergi?" tanya Piko dalam hati. Piko pun pergi mencari anak-anak katak yang lain.
"Nah, itu mereka . . ," gumam Piko bersemangat.
"Hai teman-teman, nama aku Piko . . ," sapa Piko.
". . . Lihat! ada katak kurap," kata katak hijau". "Jangan mendekat, nanti tertular kurapnya . . ."
"Ooo . . . kalian takut tertular kurapku ya? kata Piko baru mengerti.
"Baiklah, aku melihat kalian bermain saja . . ."
"Tidak! pergi dari sini" usir si Perkak kuning.
"Kami tidak mau bermain dengan mu," sambung Bancet.
Piko lalu pergi dengan hati sedih. Tapi . . .
"Tolooong . . .," terdengar suara dari kejauhan.
"He, ada apa itu? Aku harus segera melihatnya . . ."
Seekor ular sedang mendesis-desis. Tiga anak-anak ada dalam lilitan ular itu.
"He . .  he . . . hari ini aku makan enak," kata ular.
"Hai ular jelek, kalau berani lawan aku dulu . . ." tantang Piko.
"Oo . . .o . . . baiklah, Kau akan jadi santapanku yang pertama," ancam si Ular.

Begitu selesai bicara, Ulang langsung menyerang Piko dengan cepat. Katak-katak terlepas dari lilitan. Mereka melompat berhampuran. Piko ternyata cukup gesit. Ia berhasil menghidari terkaman ular itu.
Serangan pertama gagal. Si Ular bersiap-siap menyerang kembali. Tanpa membuang waktu, Piko cepat-cepat membidikkan batu dengan ketapel kesayangannya. Plak! Ular kesakitan, matanya berdarah. Si Ular meraung, membuka mulut memamerkan taringnya. Lalu dengan membabi buta ia menyambar katak hijau. Luput. Mulut ular masih mengangka. Piko mengambil kayu di dekatnya. Siuut . . .! Dengan gesit Piko melompat ke arah mulut ular itu. Piko mengganjal mulut ular itu dengan kayu.

Ular tidak dapat mengatupkan mulutnya lagi.
"Aaaa . . ." ia menjeri kesakitan. Si Ular menatap Piko dengan marah, lalu pergi. Piko senang dapat menolong teman-temannya, tapi dalam hati ia kasihan pada ular itu.
"Horee . . , kita selamat . . .!" teriak anak-anak katak.
"Piko, perbuatanmu sungguh berani. Kamu hampir celaka. Terima kasih, yaa . . .! kata katak hijau.
"Maafkan kami Piko, kami selalu mengejekmu, mengusirmu dan . . .!" kata si Perkak Kuning.
"Sudahlah, sesama teman harus saling menolong . . ." balas Piko dengan rendah hati.
Sore itu Piko tampak begitu senang. Anak-anak katak mengaja Piko berpesta sebagai tanda terima kasih. Ibu Piko mengintip dari kejauhan. Hatinya bahagia tak terhingga. Piko benar-benar telah diterima oleh teman-temannya.

SEKIAN, TAMAT

Post a Comment

Previous Post Next Post