Berita Terbaru

Jago dan Belibis

CERPEN KITA (14/11/2015) - Pada zaman dahulu, Jago dapat terbang. Belibis juga dapat terbang. Jago dan Belibis bersahabat. Mereka hidup di dalam hutan rimba. Makanan mereka selalu tersedia d sana.

Suatu ketika datang musim kemarau panjang. Danau menjadi kering, begitu juga sawah. Tidak ada ikan, tidak ada biji-bijian. Sesekali mereka terbang tinggi. Melihat jauh. Barang kali ada danau atau ladang yang hijau. Namun sia-sia, semuanya telah kering.
"Kita tinggal menunggu kematian," kata Jago.
"Ah, mudah-mudahan tidak," jawab Belibis.

Tiba-tiba muncullah Peri cantik.
"Ibu peri, kemarau terlalu lama. Kamis udah tidak tahan lagi. Tolong lah kami . . ," kata Jago dan Belibis. "Baiklah! sekarang ikutlah bersamaku ke selatan. Di sana ada tugas untuk kalian," kata Peri Cantik. "Terima kasih, Peri," jawab Jago dan Belibis.

Jago dan Belibis menuruti perintah peri cantik. Mereka senang sekali pergi ke selatan. Sepanjang perjalanan mereka bernyanyi-nyanyi. Sambil membayangkan, tugas seperti apa yang akan diberikan kepada mereka. Sampailah mereka ke tempat yang dituju.
Sebelum peri itu pergi, ia berpesan " Jagalah sawah dan tambak ikan ini dengan jujur"

Jago dan Belibis sangat senang. Karena sebentar lagi masa panen datang. Mereka berjaga bergantian. Segala jenis hama sawah diberantas. Tikus dan Burung di usir. Lama-lama Jago tidak dapat menahan rasa laparnya. Setiap hari, padi-padi yang dijaganya dimakan sendiri. Ia tidak mau berhenti, sebelum kenyang.
Kemudian dengan sombongnya ia berkata " Ha . . , ha . . . ha, aku kenyang sekarang!"
"Mengapa kamu tidak ikut menikmati ikanmu itu?" kata Jago kepada Belibis.

Akhirnya, padi yang dijaganya habis. Padahal Belibis sering mengingatkan, tetapi tidak pernah didengar. Badan Jago semakin gemuk. Berjalan pun sudah malas. Kerjanya hanya makan dan tidur. Sekarang Jago bingung. Bagaimana ia harus bertanggung jawab.

Lain halnya dengan Belibis. Ia  menjaga tambaknya dengan tekun dan jujur. Ikan yang dijaganya gemuk-gemuk. Meskipun Belibis sering ingin makan ikan-ikan itu. Namun ia dapat menahan diri. "Ini bukan milikku . . . ," katanya dalam hati.

Akhirnya peri datang menanyakan hasil kerja Jago dan Belibis.
"Mana padi yang kau jaga, Jago?" Bentak peri. Jago hanya menjawab "Tidak tahu . .u . .u . .u . .u tidak tahu . .u . . u . ." Peri pun marah dan . . .
"Mulai sekarang, kamu tidak bisa terbang lagi! Dan kamu akan menjadi binatang yang pelupa!"
"Tidak tahu . . u . .u . .u . .u . .u . .u . .!" jawab Jago.
"Belibis, kau telah bekerja dengan tekun dan jujur. Maka ambillah ikan sebanyak kau mau," kata Peri.
"Tidak peri! Cukuplah aku makan seekor saja. Asal perutku sudah kenyang, aku senang." jawab Belibis.
"Karena kebaikanmu, maka engkau aku beri ganjaran. Lihatlah kakimu! Selain dapat terbang, engkau juga akan dapat berenang!"
"Terima kasih, peri!" jawab Belibis bersyukur.

Jago pulang dengan jalan kaki. Sayapnya sudah susah dikepakkan. Perjalanan yang melelahkan. Sampai di rumah tidaka ada makanan. Bayangan takut kepada peri mengahantuinya. Jago menyesali perbuatannya, tetapi tidak ada gunanya. Tanpa segaja mulutnya terbuka dan . . . "Tidak tahu . .u . . u . .u . .u!"

SEKIAN, TAMAT

Post a Comment

Previous Post Next Post