Berita Terbaru

Racun Buat Yoyo

CERITA KITA (13/11/015) - "Amboy . . ., pagi yang cerah!" "Bagaimana kalau kita ke muara, kawan-kawan?" tanya Dadas, sang pemimpin. "Ide yang bagus bos. Di sana pasti banyak makanan," sambut tata, si perut gendut. Mereka pergi sambil bernyanyi.

"Ngang . . . ngung . . . ngang . . . ngung! Pagi-pagi cari rezeki, tak peduli dingin embun pagi. Kalau bukan mawar pasti melati, karena madunya manis sekali. Ngang . . . ngung, ngang . . . ngung!"
Tak terasa mereka sampai di pinggir kali. Namun mendadak mereka berhenti. Apa yang terjadi? "Lihat itu!" teriak Dadas tiba-tiba. Beberapa hewan tampak berlarian. Ujang, si rusa jantan berbenti.
"Sebaiknya kalian kembali!" katanya gemetar. "Memang ada apa, Ujang?" tanya Dadas."Yoyo mengamuk!"
"Yoyo, si buaya ? Bukankah ia buaya baik?"
"Itulah, aku juga heran. Tiba-tiba ia jadi gila."
"Haah!" Dadas terkejut. "Bagaimana ceritanya?"
"Menurut kabar, Yoyo kesurupan. Neneknya dulu adalah buaya jahat. Napsu membunuhnya muncul dengan sendirinya," papar Ujang.
"Kasihan . . ., apa tidak bisa diobati?" tanya Dadas.
"Konon, ia bisa sembu dengan racun." kata Ujang
"Racun? Apa dia tidak mati?" Tata ikut tertarik
"Entahlah! Aku sendiri tidak mengerti. Sudah, ya?" Ujang menutup ceritanya, lalu melompat pergi.

Dadas dan kawan-kawan jadi penasaran. Mereka bukannya kembali, tetapi mencari Yoyo. "Sst . . ., lihat! itu Yoyo," kata Dadas. Mereka mengintai dari jauh.
"Mari kita dekati!" ajak Tata.
"Tungguh dulu! Sepertinya ia sedang mengejar sesuatu," cegah Dadas,
Benar apa yang dikatakan Dadas.

Yoyo sedang sibuk mengejar seekor kelinci.
"Sudahlah, Rabe! Menyerah saja!" teriak Yoyo.
"Bukan kah kita berteman, Yo?" kata Rabe, sikelinci.
"Itu kemarin, sekarang aku lapar! Tak peduli teman, yang penting kenyang!"
"Dasar buaya! Sekali jahat, tetap jahat!" teriak Rabe sambil menghindar, jengkel.

Rabe lari ke tumpukan balok. Yoyo menerkam, dan meleset. Selanjutnya . . ., dek . . .! braak . . .! buk . . .! buk! Rabe selamat, tetapi . . . "Huh, balok sialan!" Yoyo mengerang. Tak lama kemudian . . .
"Kelihatannya engkau butuh bantuan, sobat," Dadas dan kawan-kawan menghampiri Yoyo.
"Heh . . . liliput jelek, jangan sok pahlawan. Kalian ngeledek, ya? Enyah dari hadapanku! Makhluk kerdil tak berguna" hardik Yoyo berang.
"Aneh!" bisik Weweng. Mungkin karena ia sakit?"
"Oh, ya. Dia dapat disembuhkan dengan racun!" Dadas ia pesan Ujang.

Akhirnya Dadas dan kawan-kawannya menolong Yoyo. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha menggeser balok-balok itu. Namun secara diam-diam, Dadas menyuntik racun ke dalam tubuh Yoyo. Berkat kerja sama, pekerjaan berat itu cepat selesai. Balok-balok kayu telah disingkirkan. Namun mereka tampak cemas. Yoyo terlihat kebingungan.
"Hei, kawan-kawan, ada apa rame-rame di sini?" tanya Yoyo
"Hore . . ., hore . . ., Yoyo sudah sadar . . .!" teriak Weweng dan kawan-kawannya.

Melihat Yoyo sudah pulih, Dadas lalu bercerita. Sesaat Yoyo mengingat semuanya. Ia malu dan haru.
"Oh, . . . hati kalian memang mulia. Seharusnya makhluk jahat sepertiku ini kalian bunuh saja,"
"Sudahlah, Yo. Kami juga minta maaf. Sengatan kami telah menyakitimu," balas Dadas
"Untunglah racun yang kami suntikkan tidak terlalu banyak. Kalau tidak, bisa lemas aku," goda Tata
"Ha . . ., ha, . . ., " mereka kembali akrab.

SEKIAN, TAMAT

Post a Comment

Previous Post Next Post